RINGKASAN MATERI BAHASA INDONESIA KELAS VI
A. MEMBACA
1. Menentukan isi bacaan
Untuk mengetahui pengetahuan seseorang tehadap isi bacaan yang dibacanya, perlu adanya pertanyaan yang berhubungan dengan topik bacaan dan jawaban dari pembaca teks mengenai topik dari bacaan itu.
Perhatikan ketentuan berikut!
a. Dalam membuat pertanyaan dari suatu bacaan kata yang umum digunakan adalah apa (menanyakan benda), siapa (menanyakan orang), mengapa (menanyakan sebab), dimana (menanyakan waktu), dan bagaimana (menanyakan cara, hal, keadaan, dan sebagainya).
b. Dalam hal menjawab, suatu pertayaan, pembaca harus menggunakan kaliamat yang sempurna, singkat, padat, jelas, dan berhubungan dengan isi atau hal yang ditanyakan.
2. Menentukan unsur intrinsik dongeng
Prosa (cerpen,cernak, dongeng, novel) dibangun oleh dua unsur penting yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik merupakan unsur dalam yang yang membangun cerita(tokoh, penokohan, alur, latar, sudut pandang, gaya bahasa, dan tema), sedang unsur ekstrinsik merupakan unsur yang berada di luar prosa yang ikut mempengaruhi kehadiran karya tersebut (faktor sosial ekonomi, sosial budaya, politik, agama, tata nilai yang dianut masyarakat).
Unsur intrinsik
a. Tokoh dan Penokohan
Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa di dalam cerita. Penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaaan citra tokoh di dalam cerita. Berkaitan dengan tokoh, dikenal tokoh utama dan tokoh bawahan. Tokoh utama adalah tokoh yang senantiasa ada dalam setiap peristiwa, banyak berhubungan dengan tokoh lain, dan paling banyak terlibat dengan tema cerita. Adapun tokoh bawahan adalah tokoh yang menjadi pelengkap dalam cerita.
b. Latar
Latar adalah unsur dalam suatu cerita yang menunjukkan di mana, bagaimana, dan kapan peristiwa-peristiwa dalam cerita itu belangsung. Latar ada tiga macam, yaitu: latar geografis, latar waktu, dan latar sosial. Latar geografis adalah hal-hal yang berkaitan dengan tempat kejadian dalam cerita. Latar waktu adalah hal-hal yang berkaitan dengan masalah-masalah historis, sedangkan latar sosial adalah latar yang berhubungan dengan kehidupan kemasyarakatan.
c. Alur
Alur adalah unsur yang berwujud jalinan peristiwa, yang memperlihatkan kepaduan (koherensi) tertentu yang diwujudkan oleh hubungan sebab-akibat, tokoh, tema, atau ketiganya.
d. Sudut Pandang
Sudut pandang dapat diartikan sebagai posisi pengarang terhadap peristiwa-peristiwa di dalam cerita. Ada empat tipe sudut pandang, yaitu: sudut pandang orang pertama sentral, sudut pandang orang pertama sebagai pembantu, sudut pandang orang ketiga serba tahu, dan sudut pandang orang ketiga terbatas.
Cerita dikategorikan menggunakan sudut pandang orang pertama sentral apabila dalam tokoh sentralnya adalah pengarang yang secara langsung terlibat di dalam cerita. Dalam mengantarkan tokohnya pengarang menggunakan kata ganti aku, saya (orang pertama).
Sudut pandang orang pertama sebagai pembantu adalah sudut pandang yang menampilkan “aku” hanya menjadi pembantu yang mengantarkan tokoh lain yang lebih penting.
Sudut pandang orang ketiga serba tahu, yaitu pengarang berada di luar cerita dan menjadi pengamat yang tahu segalanya, bahkan berdialog langsung dengan pembacanya. Di sini seolah-olah pengarang bisa melukiskan ciri fisik dan perasaan tokoh secara mendalam. Pengarang menggunakan kata ganti ia, dia, menyebut nama orang (orang ketiga).
Sudut pandang orang ketiga terbatas ialah orang ketiga menjadi pencerita yang terbatas hak ceritanya. Ia hanya menceritakan apa yang menjadi ciri fisik tokoh yang menjadi tumpuan cerita tanpa melukiskan perasaannya.
e. Gaya bahasa
Gaya bahasa adalah cara khas dalam mengungkapkan pikiran atau perasaan melalui bahasa dalam bentuk lisan atau tulisan.
f. Tema
Tema adalah gagasan, ide, atau pikiran utama, yang digunakan sebagai dasar dalam menuliskan cerita.
g. Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca melalui cerita yang dibuatnya.
3. Menentukan isi laporan
Laporan adalah segala sesuatu yang dilaporkan dari seseorang atau suatu badan hukum sehubungan dengan tugas yang dibebankan kepadanya. Membaca laporan berarti membaca pemberitahuan hasil dari suatu pengamatan. Laporan dibuat setelah mengadakan observasi atau pengamatan. Topik laporan adalah pokok yang dibicaran dalam laporan.
a. Fungsi laporan
(1) memberitahukan atau menjelaskan dasar penyusunan, kebijakan, keputusan atau pemecahan masalah.
(2) memberitahukan atau menjelaskan pertanggungjawaban tugas dan kegiatan.
(3) merupakan bahan untuk pendokumentasian.
(4) merupakan sumber informasi.
b. Tujuan laporan
(1) mengetahui kemajuan dan perkembangan suatu masalah.
(2) mengadakan pengawasan dan perbaikan.
(3) mengambil suatu keputusan yang lebih efektif.
c. Syarat pembuatan laporan
(1) menggunakan bahasa yang jelas, singkat, dan benar.
(2) mengemukakan isi laporan dengan lengkap dan sistematis.
(3) Didasari oleh fakta yang benar dan meyakinkan
(4) Menarik dan enak dibaca
d. Kerangka Laporan
(1) Pendahuluan
Berisi latar belakang kegiatan yang dilaksanakan
(2) Isi laporan
Berisi rincian kegiatan yang dilakukan beserta hasilnya. Kegiatan yang dilaporkan lengkap dengan nama, tempat, waktu, dan orang yang terlibat dalam kegiatan
(3) Penutup laporan
Berisi kesimpulan
(4) Laporan diakhiri dengan identitas pembuat laporan
4. Menentukan isi tersurat/tersirat dari rubrik yang dibaca
Rubrik adalah kepala karangan (ruang tetap) dalam surat kabar atau majalah. Rubrik dalam surat kabar misalnya tajuk rencana, surat pembaca, atau dongeng anak. Selain di surat kabar, rubrik juga dimuat di majalah. Rubrik biasanya berisi usulan, kritik, saran, pertanyaan, kegemaran, dll.
5. Memahami unsur intrinsik puisi
Puisi dapat didefinisikan sebagai sejenis bahasa yang menyampaikan pesannya dengan lebih padat daripada pemakaian bahasa biasa. Bahasa biasa lazimnya dipakai untuk mengomunikasikan informasi atau dapat dikatakan sebagai bahasa praktis, sedangkan puisi sebagai suatu karya sastra yang dikomunikasikan bukan informasi melainkan cipta sastra membawakan semacam rasa dan persepsi tentang kehidupan; memperluas dan mempertajam kontak-kontak kita dengan pengalaman. Untuk memenuhi kebutuhan batin dan agar hidup lebih bermakna, dengan kesadaran penuh ingin mengetahui pengalaman orang lain serta memahami lebih baik lagi pengalaman kita sendiri.
Unsur-unsur Puisi
a. Tema; makna
Tema merupakan sesuatu yang menjadi pokok permasalahan bagi penyair. Untuk memahami tema sebuah puisi, kita hendaknya membaca puisi tersebut berulangulang dengan memperhatikan dan menjelajahi makna kata yang terkandung dalam puisi tersebut.
Kita tidak cukup mendapatkan makna lugas yang tersurat dalam puisi, tetapi juga memahami makna yang tersiratnya. Kedua makna kata itu merupakan pintu masuk memahami makna utuh sebuah puisi.
Pengungkapan dalam puisi yang acuan maknanya bersifat inderawi disebut citraan. Citraan perlu juga dipahami dalam rangka memaknai puisi secara menyeluruh. Ada beberapa citraan yang digunakan para penyair berdasarkan pencerapan inderanya terhadap objek.
Berikut ini jenis citraan dan contohnya dalam puisi.
(1) citraan perasa
betapa dinginnya air sungai
Dinginya! Dinginnya!
(2) citraan visual
Lihatlah,
Betapa indahnya alam semesta ini
(3) citraan gerak
di luar angin berputar-putar
si anak meraba punggung dan pantatnya pukulan si bapak timbulkan sendam
(4) citraan pendengaran
Sebuah bel kecil tergantung di jendela
Di bulan Juni berkeliling sepi
b. Rasa
Rasa adalah sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang dikandung dalam puisi. Rasa merupakan dunia emosional yang terdapat dalam puisi. Hubungan penyair terhadap permasalahan tercermin dalam suasana puisi. Sikap ini akan menumbuhkan kesan tertentu antara lain haru, murung, ceria, heroik, putus asa.
c. Nada
Nada merupakan sikap penyair terhadap pembaca. Bagaimana penyair menyikapi pembaca: doktriner, menghakimi, menggurui, menghasut, atau menyindir dipengaruhi tempat lahirnya puisi tersebut.
d. Amanat; tujuan; maksud
Amanat adalah sesuatu yang menjadi tujuan sang penyair atau efek tertentu yang didambakan penyair.
6. Menentukan unsur intrinsik drama anak-anak
Drama adalah suatu karya sastra yang bertujuan menggambarkan kehidupan dengan menampilkan tikaian/konflik dan emosi lewat lakuan dan dialog. Lazimnya dirancang untuk pementasan di panggung. Drama dapat juga diartikan sebagai ragam sastra dalam bentuk dialog yang dibuat untuk dipertunjukkan di atas pentas.
Jenis Drama
Berdasarkan bentuk dramatisnya, ada drama tragedi dan komedi. Berdasarkan bentuk sastra cakupannya, ada drama prosa dan drama puisi. Ditinjau dari kuantitas kata cakapannya, dikenal drama mini kata, pantomim, dan drama kata.
Berdasarkan penonjolan unsur seninya, ada drama tablo, sendratari, dan opera, sedangkan berdasarkan media pementasannya, terdapat drama televisi, radio, drama pentas, drama baca.
Unsur-unsur dalam drama
Unsur dalam drama terdiri atas tokoh, alur, latar, dan tema.
a. Tokoh
Tokoh dalam drama digolongkan dalam beberapa jenis.
Berdasarkan peranannya, terdapat tokoh utama dan tokoh tambahan. Berdasarkan fungsi tampilannya, dikenal tokoh protagonis, antagonis, dan tritagonis. Berdasarkan pengungkapan wataknya, ada tokoh bulat dan tokoh datar.
b. Alur
Alur drama adalah rangkaian peristiwa dalam sastra drama yang mempunyai penekanan pada adanya hubungan sebab-akibat, yang berupa jalinan peristiwa. Drama sebagai karya sastra lengkap, umumnya mengandung delapan tahapan alur. Kedelapan tahapan alur itu yaitu: eksposisi atau pemaparan, rangsangan, konflik, rumitan, klimaks, kritis, leraian, dan penyelesaian. Untuk memahami drama, kita harus melihatnya secara keseluruhan, tidak bisa hanya membaca sinopsisnya saja.
c. Latar
Latar adalah segala sesuatu yang mengacu kepada keterangan mengenai waktu, ruang, serta suasana peristiwanya. Latar pada drama dalam pementasan biasanya dibuat panggung yang dihiasi dengan dekorasi, seni lukis, tata panggung, seni patung, tata cahaya, dan tata suara.
7. Menentukan makna denah
Denah adalah gambar yang menunjukkan letak kota, jalan, rumah, bangunan-bangunan dan lain-lain. Denah sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya denah pameran, lokasi sebuah alamat, dan sebagainya. Denah juga diperlukan ketika seorang akan membangun rumah. Dengan denah itu, tata letak dan ukuran ruangan-ruangan rumah akan lebih terencana.
B. MENULIS
1. Menulis dialog
Dialog atau percakapan adalah kegiatan berbahasa lisan antara dua orang atau lebih. Dialog berisi tanya jawab yang terarah antara dua orang atau lebih. Pertanyaan dan jawaban diajukan secara bergiliran. Masalah dalam percakapan umumnya berupa persoalan-persoalan ringan yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
Langkah-langkah menyusun dialog atau percakapan antara lain:
a. Menentukan masalah atau tema pembicaraan
b. Menentukan orang-orang yang terlibat dalam percakapan
c. Menentukan susunan kalimatnya
d. Menggunakan pilihan kata yang tepat
2. Mengisi formulir
Formulir adalah lembar isian tentang informasi tertentu. Pengisian formulir dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada pihak yang membutuhkan.
Bagian-bagian formulir adalah sebagai berikut:
a. Bagian kepala
Berisi nama lembaga, alamat, nomor telepon
b. Bagian tubuh
Berisi keterangan yang harus diisi seperti:
1) Nama lengkap
2) Jenis kelamin
3) Tempat dan tanggal lahir
4) Agama
5) Pendidikan
6) Alamat
7) Keterangan lain
c. Bagian ekor
Berisi tempat dan tanggal pengisian, tanda tangan, dan nama jelas pengisi.
Pengisian formulir harus benar, jelas, dan lengkap. Gunakan huruf yang jelas, misalnya menggunakan huruf cetak. Hindarilah coret-coretan, karena akan menimbulkan keraguan.
3. Menggunakan kata depan
Kata depan merupakan kata yang bertugas merangkaikan kata atau bagian kalimat. Kata depan biasanya terletak di depan kata benda.
Kata depan ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Berikut ini contoh kata depan dan fungsinya:
Kata Depan
Fungsi
dari
menandai hubungan asal, arah dari suatu tempat atau milik
dengan
menandai hubungan kesertaan atau cara
di
menandai hubungan tempat berada
ke
menandai hubungan arah menuju suatu tempat
oleh
menandai hubungan pelaku atau yang dianggap pelaku
pada
menandai hubungan tempat atau waktu
sejak
menandai hubungan waktu dari saat yang satu ke saat yang lain
bagi, untuk, buat, dan guna
menandai hubungan peruntukan
karena, sebab
menandai hubungan sebab (penyebaban)
4. Menyusun kalimat majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat-kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih. Kalilmat majemuk terbagi menjadi dua jenis, yaitu kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.
a. Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang unsur-unsurnya memiliki hubungan setara atau sederajat. Kalimat majemuk setara tidak memiliki anak kalimat. Kalimat majemuk setara ditandai dengan konjungsi atau kata hubung lalu, dan, kemudian, atau, tetapi, sedangkan.
Contoh :
Penggabungan dari dua atau lebih kalimat tunggal sehingga kalimat yang baru mengandung dua atau lebih pola kalimat.
· Kakak menyapu lantai (kalimat tunggal I)
· Ibu memasak di dapur (kalimat tunggal II)
· Kakak menyapu lantai dan ibu memasak di dapur.
b. Kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang unsur-unsurnya tidak sederajat. Sebuah kalimat tunggal yang bagian-bagiannya diperluas sedemikian rupa sehingga perluasan itu membentuk satu atau lebih pola kalimat baru, di samping pola yang sudah ada. Salah satu unsurnya berfungsi sebagai induk kalimat, dan unsur yang lain sebagai anak kalimat. Kalimat majemuk bertingkat ditandai oleh konjungsi antara lain sejak, ketika, agar, karena, atau seandainya.
Misalnya:
· Adik bermain boneka. (kalimat tunggal)
· Gadis kecil berpita merah itu sedang bermain bola. (subjek pada kalimat pertama diperluas)
Ayah berangkat ke Surabaya ketika aku
5. Menulis petunjuk pemakaian
Petunjuk adalah sesuatu tanda untuk menunjukkan atau memberi tahu. Pemakaian adalah proses, cara, atau penggunaan. Petunjuk pemakaian adalah suatu tanda untuk menunjukkan dalam penggunaan. Kamu harus mengetahui petunjuk pemakaian sebelum menggunakan agar kamu dapat menggunakan secara baik dan benar.
Agar benar-benar dapat memudahkan, petunjuk tersebut harus memenuhi syarat- syarat sebagai berikut.
a. Jelas
Yang dimaksud jelas adalah tidak membingungkan dan mudah diikuti. Hal ini menyangkut masalah pilihan kata atau bahasa yang digunakan serta keruntutan uraiannya. Penggunaan nomor untuk membedakan langkah yang satu dan langkah berikutnya juga dapat lebih memperjelas petunjuk. Selain itu, kejelasan juga dapat dicapai dengan menggunakan istilah-istilah yang lazim.
b. Logis
Syarat logis ini terutama berkaitan dengan urutan penjelasan. Urutan yang sistematis dapat menghindarkan dari kesalahan atau ketumpangtindihan dalam melakukan sesuatu.
c. Singkat
Singkat berarti hanya mencantumkan hal-hal yang penting saja, tidak ada yang berulang, dan sudah mencukupi keseluruhan proses yang dibutuhkan.
d. Menggunakan kalimat perintah
Coba kamu perhatikan petunjuk pemakaian obat berikut ini!
1) Obat diminum 3 kali sehari
2) Obat diminum setelah makan
3) Minum obat dengan duduk tenang
4) Harus dengan resep dokter
Setelah minum obat, barulah dapat beristirahat. Tidak boleh terlalu capek karena dapat menghalangi kerja obat.
6. Menggunakan sinonim dan antonim
a. Sinonim
Sinonim ialah dua kata atau lebih yang memiliki makna yang sama atau hampir sama.
Contoh:
· yang sama maknanya
sudah - telah
sebab - karena
amat - sangat
· yang hampir sama maknanya
untuk – bagi – buat – guna
cinta – kasih – sayang
melihat – mengerling – menatap – menengok
b. Antonim
Antonim ialah kata-kata yang berlawanan maknanya/ oposisi.
Contoh:
besar >< kecil
ibu >< bapak
bertanya >< menjawab
7. Menggunakan imbuhan (afik)
a. Prefiks (Awalan) : be®-, pe®-, me(N)-, di-, te®-, se-, pe(N)-, ke-
b. Infiks (Sisipan) : -el-, -em-, -er-, -in-(?)
c. Sufiks (Akhiran) : -kan, -i, -an
d. Konfiks (Gabungan imbuhan) : ber-kan, ber-an, per–an, pe –an, per-i, me-kan, Me-i, memper-, memper–kan, memper-i, ter-kan, ter-i,
Rumus Pembentukan Kata
a. Ketahui/pastikan bentuk dasarnya
b. Ketahui/pastikan bentuk terikat yang mengimbuhinya
· kontrakkan : kontrak + -kan
· kontrakan : kontra + -kan
Untuk menentukan makna imbuhan dengan mudah, dapat dilakukan dengan cara berikut:
a. Gantilah imbuhan yang ditanyakan dengan tanda titik-titik.
b. Isilah titik-titik tersebut dengan kata yang sesuai dengan makna kalimat asal.
c. Dalam pengisian, bentuk dasar kadang-kadang perlu ditambah imbuhan.
Contoh:
Apa makna imbuhan me-kan pada “Upaya meninggikan tanggul sudah dikerjakan?
Langkah 1:
Upaya …tinggi tanggul sudah dikerjakan.
Langkah 2:
Upaya membuat tanggul jadi tinggi sudah dikerjakan.
Jadi makna me-kan pada kalimat di atas: membuat jadi …
8. Menyusun paragraf
Paragraf merupakan susunan beberapa kalimat yang terjalin secara utuh dan padu yang di dalamnya memuat satu gagasan utama. Yang tidak boleh dilupakan dalam pengembangan paragraf adalah koherensi antarkalimat maupun ide dengan panduan kohesi yang tepat. Kalau hal itu diperhatikan, tidak ada paragraf yang memiliki kalimat dengan ide lain. Kalimat seperti itu hendaknya dibuang karena dapat mengacaukan kepaduan ide. Kalimat seperti itu biasa disebut kalimat sumbang atau tidak padu.
Syarat pembentukan paragraf yang baik :
a. Prinsip kesatuan (unity) : maksudnya setiap paragraf sebaiknya mengandung satu gagasan pokok.
b. Prinsip kepaduan/koherensi : setiap paragraf haruslah merupakan kumpulan kalimat yang saling berhubungan secara padu, tidak berdiri sendiri atau terlepas satu sama lain.
c. Kelengkapan : Dikatakan lengkap jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik. Dikatakan tidak lengkap, jika tidak dikembangkan atau hanya diperluas dengan pengulangan-pengulangan
Berdasarkan letak kalimat utama paragraf dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Paragraf deduktif
1) Letak kalimat utama di awal paragraf
2) Dimulai dengan pernyataan umum disusun dengan uraian atau penjelasan khusus.
b. Paragraf induktif
1) Letak kalimat utama di akhir paragraf.
2) Diawali dengan uraian/penjelasan bersifat khusus dan diakhiri dengan pernyataan umum.
c. Paragraf campuran
1) Letak kalimat utama di awal dan di akhir paragraf
2) Kalimat utama yang terletak di akhir bersifat penegasan kembali, dengan susunan kalimat yang agak berbeda.
9. Ejaan
a. Menggunakan huruf kapital
1) Huruf Kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Misalnya:
· Dia mengantuk.
· Apa maksudnya?
2) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya:
· Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
· Bapak menasihatkan, “Berhati-hati, Nak!”
3) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan
nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya: Allah, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Qur'an, Weda, Islam, Kristen.
· Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.
4) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti dengan nama orang.
Misalnya:
Mahaputra Yamin, Sultan Hasanudin, Haji Agus Salim, Imam Syafii, Nabi Ibrahim.
5) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Misalnya:
· Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
· Tahun ini dia pergi naik haji.
6) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik, Perdana Menteri Nehru, Profesor Supomo, Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara, Sekretaris Jendral Departemen Pertanian, Gubernur Kalimantan Selatan
7) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
· Siapakah gubernur yang baru dilantik itu?
· Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.
8) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
Amir Hamzah, Dewi Sartika, Wage Rudolf Supratman, Halim Pernakusumah, Ampere.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
mesin diesel, 10 volt, 5 ampere
9) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris
10) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
· mengindonesiakan kata asing
· keinggris-inggrisan
11) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan
peristiwa bersejarah.
Misalnya:
tahun Hijriah, tarikh Masehi, bulan Agustus, bulan Maulid, hari Jumat, hari Galungan,
hari Lebaran, hari Natal, Perang Candu, Prolamasi Kemerdekaan Indonesia.
12) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf depan pertama peristiwa bersejarah yang tidak dipakai sebagai nama.
Misalnya:
· Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
· Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
13) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gografi.
Misalnya:
Asia Tenggara, Banyuwangi, Bukit Barisan, Cirebon, Danau Toba, Dataran Tinggi
Dieng, Gunung Semeru, Jalan Diponegoro, Jazirah Arab, Kali Brantas, Lembah Baliem,
Ngarai Sianok, Pegunungan Jayawijaya, Selat Lombok, Tanjung Harapan, Teluk
Benggala, Terusan Suez.
14) Huruf Kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi
unsur nama diri.
Misalnya:
berlayar ke teluk, mandi di kali, menyebrangi selat, pergi ke arah tenggara.
15) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.
Misalnya:
garam inggris, gula jawa, kacang bogor, pisang ambon
16) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga
pemerintahdan ketatanegaraan , serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.
Misalnya:
Republik Indonesia; Majelis Permusyawaratan Rakyat; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak; Keputusan Rresiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972.
17) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Misalnya:
menjadi sebuah republik, beberapa badan hukum, kerja sama antara pemerintah dan rakyat, menurut undang-undang yang berlaku.
18) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia, Rancangan Undang-Undang Kepegawaian.
19) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak di posisi awal.
Misalnya:
· Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
· Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
· Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
20) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan
sapaan.
Misalnya:
· Dr. Doktor
· S.E. Sarjana Ekonomi
· Sdr. Saudara
21) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kaka, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
Misalnya:
· Kapan Bapak berangkat? tanya Harto.
· Adik bertanya, Itu apa, Bu?
· Surat Saudara sudah saya terima.
· Silakan duduk, Dik! kata Ucok.
· Besok Paman akan datang.
· Mereka pergi ke rumah Pak Camat.
· Para ibu mengunjungi Ibu Hasan.
22) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacauan atau penyapaan.
Misalnya:
· Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
· Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
23) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya:
· Sudahkah Anda mengerti apa yang saya sampaikan ?
· Buku Anda telah saya kembalikan.
b. Penulisan tanda baca
1) Tanda Titik
a) Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya :
· Ayah tinggal di Solo.
· Biarlah mereka duduk disana.
b) Tanda titik dipakai untuk singkatan nama orang.
Misalnya :
· A.S. Kramawijaya
· Muh. Feedayen
c) Tanda titik dipakai pada akhir singkatan atau gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan. Misalnya :
· Dr. Doktor
· Kol. Kolonel
· Prof. Profesor
· S.E Sarjana Ekonomi
d) Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sangat umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik. Misalnya :
· a.n. atas nama
· Yth. Yang terhormat
e) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan waktu.
Misalnya :
· pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
f) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka, jam, menit, dan detik yang menunjukan jangka waktu.
Misalnya : 1.35.20 jam (1 jam, 35 lewat, 20 detik)
g) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan angak ribuan, jutaan, dan seterusnya yang tidak menunjukan jumlah.
Misalnya :
· Ia lahir pada tahun 1950 di Bandung.
· Nomor gironya 045678. (Tanda titik di sini mengakhiri kalimat).
h) Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan yang terdiri dari huruf-huruf awal kata atau suku kata, atau gabungan keduanya, atau yang terdapat dalam akronim yang sudah diterima oleh masyarakat.
Misalnya :
· UUD Undang Undang Dasar
· sekjen sekretaris janderal
i) Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang.
Misalnya:
· TNT Trinitrotoluen
· Cm Sentimeter
· L Liter
· Kg Kilogram
j) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilutrasi, tabel dan sebagainya.\
Misalnya :
· Acara Kunjugan Adam Malik
· Bentuk dan Kedaulatan ( Bab I UUD 45)
· Salah Asuhan
k) Tanda titik tidak dipakai di belakang alamat pengirim dan tanggal surat atau nama dan penerima surat.
Misalnya :
· 1 April 1973
· Yth. Sdr. Moh. Hanafi
Jalan Pemuda 43 Yogyakarta
· Kantor Penempatan Tenaga Kerja
Jalan Cikini 71 Jakarta
2) Tanda Koma ( , )
a) Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya :
· Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
· Satu, dua, …… tiga !
b) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi, melainkan.
Misalnya :
· Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
· Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.
c) Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
Misalnya :
· Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
· Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
d) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabia anak kalimat mengiringi induk kalimat.
Misalnya :
· Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
· Dia berpendapat bahwa soal itu tidak penting.
e) Tanda koma dipakai dibelakang kata atau ugkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, meskipun, lagi pula, begitu, akan tetapi.
Misalnya :
· Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
· Jadi, soalnya tidaklah semudah itu.
f) Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya :
· O, begitu ?
· Wah, bukan main !
g) Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya :
· Kata ibu, “Saya gembira sekali.”
· “Saya gembira sekali,“ kata ibu, “ Karena kamu lulus.”
h) Tanda koma dipakai diantara (i)nama alamat, (iii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama temapat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya :
· Sdr. Hasan, Jalan Pisang Batu 1, Bogor.
· Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemaba 6, Jakarta.
· Surabaya, 10 Mei 1960
i) Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya :
Alisjahbana, Sultan Takdir. 1945. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2. Djakarta : PT Pustaka Rakyat.
j) Tanda koma dipakai diantara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakanya dari singkatan nama keluarga dan marga.
Misalnya:
· Ratu Langi, S.E.
· Ny. Khadijah, M.A.
k) Tanda koma di pakai di muka angka persepuluhan dan di antara rupiah dan sen dalam bilangan.
Misalnya:
· 12,54 m
· Rp12,50 (lambang Rp tidak pakai titik)
l) Tanda koma di pakai untuk mengapit keterangan tambahan dan keterangan aposisi.
Misalnya:
· Guru saya, pak Ahmad, pandai sekali.
· Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki makan sirih.
· Seorang mahasiswa, selaku wakil kelompoknya, maju cepat-cepat.
m) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat apabila petikan lansung tersebut berakhiran dengan tanda tanya atau tanda seru dan mendahului bagian lain dalam kalimat itu.
Misalnya:
· “Di mana Saudara tinggal?” tanya Karim.
· “Berdiri lurus-lurus!” perintahnya.
3) Tanda Titik Koma ( ; )
a) Tanda titik koma dapat di pakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya:
Malam makin larut, kami belum selesai juga.
b) Tanda titik koma dapat di pakai untuk memisahkan kalimat yang setara dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Misalnya:
Ayah mengurus tanaman di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar
4) Tanda Titik Dua ( : )
a) Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
Yang kita perlukan sekarang adalah barang-barang seperti berikut: kursi, meja, dan almari.
b) Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
tempat sidang : Ruang 104
pengantar acara : Bambang S.
hari : Senin
c) Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ibu : “Bawa kopor ini, Mir!”
Amir : “Baik, Bu”
Ibu :“ Jangan lupa. Letakkan baik baik!”
d) Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
5) Tanda Hubung (-)
a) Kata penghubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
… Ada kata ba-
ru juga
Misalnya:
Suku kata terdiri dari huruf tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada ujung baris atau pangkal baris.
b) Kata hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya, atau akhiran dengan bagian di depanya pada pergantian baris.
Misalnya:
… Cara baru meng-
ukur panas.
… Cara baru me-
ngukur kelapa.
Akhiran –i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.
c) Tanda hubung
Menghubungkan unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
· anak-anak
· berulang-ulang
· dibolak-balik
· kemerah-merahan
Tanda ulang (…….2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.
d) Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Misalnya:
· p-a-n-i-t-i-a.
· 8-4-1973
e) Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya:
· ber-evolusi dengan be-revolusi
· Dua puluh lima-ribuan (20X5000) dengan
· dua puluh-lima-ribuan (1 x 25000)
· Istri-perwira yang ramah dengan
· istri perwira-yang-ramah.
f) Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (b) ke- dengan angka , (c) angka dengan an- , dan (d) singkatan huruf kapital dengan imbuan atau kata.
Misalnya :
· se-Indonesia
· se-Jawa Bara
· hadiah ke-2
· tahun 50-an
· ber-SMA
· KTP-nya nomor 141693
· Bom-H
g) Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Misalnya : di-charter, pen-tackle-an
6) Tanda Tanya ( ? )
a) Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya :
· Kapan ia berangkat ?
· Saudara tahu, bukan ?
b) Tanda tanya dipakai di antara tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya : Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).
7) Tanda Seru ( ! )
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah, atau yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat.
Misalnya :
· Alangkah seramnya peristiwa itu !
· Bersihkan kamar ini sekarang juga !
8) Tanda Petik (“…”)
a) Tanda Petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain. Kedua pasang tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.
Misalnya :
· “Sudah siap?” tanya Awal.
· “Saya belum siap,” seru Mira, “Tunggu sebentar!”
b) Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang masih kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya :
· Karangan Andi Hakim Nasution yang berjudul “Rapor dan Nilai Prestasi di SMA” diterbitkan dalam Tempo
· Sajak “Berdiri Aku” terdapat pada halaman 5 buku itu.
· Pekerjaannya itu dilaksanakannya dengan cara “coba dan ralat” saja.
· Ia bercelana panjang yang dikalangan remaja dikenal dengan nama “cutbrai”.
c) Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Misalnya : Kata Tono, “Saya juga minta satu.”
d) Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan dibelakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus.
Misalnya :
· Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan “si Hitam”.
· Bang Komar sering disebut “pahlawan”, ia sendiri tidak tahu sebabnya.
9) Tanda Garis Miring ( / )
a) Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat
Misalnya : No. 7/PK/1973
b) Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per, atau nomor alamat.
Misalnya :
· mahasiswa/mahasiswi
· harganya Rp 15,00/lembar
· jalan daksinapati IV/3
10. Menulis/melengkapi pantun
Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki danjenaka.
Contoh :
Sampiran
(1) Ramai orang bersorak-sorak
(2) Menepuk gendang dengan rebana
Isi
(3) Alangkah besarnya hati awak
(4) Mendapat baju dengan celana
Sampiran
(1) Kemumu di tengah pekan
(2) Dihembus angin jatuh ke bawah
Isi
(3) Ilmu yang tidak diamalkan
(4) Bagai pohon tidak berbuah
11. Menyusun kalimat
a. Kalimat efektif dan kalimat tidak efektif
1) Kalimat efektif
Kalimat efektif adalah kalimat berisikan gagasan pembicara atau penulis secara singkat, jelas, dan tepat.
· Jelas : berarti mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.
· Singkat : hemat dalam pemakaian atau pemilihan kata-kata.
· Tepat : sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku.
2) Kalimat tidak efektif
Kalimat tidak efektif adalah kalimat yang tidak memiliki atau mempunyai sifat-sifat yang terdapat pada kalimat efektif.
Sebab-sebab ketidakefektifan kalimat
1) kontaminasi= merancukan 2 struktur benar 1 struktur salah
contoh:
· diperlebar, dilebarkan
diperlebarkan (salah)
· memperkuat, menguatka
memperkuatkan (salah)
· sangat baik, baik sekali
sangat baik sekali (salah)
· saling memukul, pukul-memukul
saling pukul-memukul (salah)
· Di sekolah diadakan pentas seni.
Sekolah mengadakan pentas seni. (salah)
2) Pleonasme= berlebihan, tumpang tindih
contoh :
· para hadirin (hadirin sudah jamak, tidak perlu para)
· para bapak-bapak (bapak-bapak sudah jamak)
· banyak siswa-siswa (banyak siswa)
· saling pukul-memukul (pukul-memukul sudah bermakna ‘saling’)
· agar supaya (agar bersinonim dengan supaya)
· disebabkan karena (sebab bersinonim dengan karena)
3) Tidak memiliki subjek
contoh:
· Buah mangga mengandung vitamin. (SPO) (benar)
· Di dalam buah mangga terkandung vitamin. (KPS) (benar) ??
· Di dalam buah mangga mengandung vitamin. (KPO) (salah)
4) Adanya kata depan yang tidak perlu
· Perkembangan daripada teknologi informasi sangat pesat.
· Kepada siswa kelas I berkumpul di aula.
· Selain daripada bekerja, ia juga kuliah.
5) Salah nalar
· waktu dan tempat dipersilahkan. (Siapa yang dipersilahkan)
· Mobil Pak Dapit mau dijual. (Apakah bisa menolak?)
· Silakan maju ke depan. (maju selalu ke depan)
· Adik mengajak temannya naik ke atas. (naik selalu ke atas)
· Pak, saya minta izin ke belakang. (toilet tidak selalu berada di belakang)
· Saya absen dulu anak-anak. (absen: tidak masuk, seharusnya presensi)
· Bola gagal masuk gawang. (Ia gagal meraih prestasi) (kata gagal lebih untuk subjek bernyawa)
6) Kesalahan pembentukan kata
· mengenyampingkan seharusnya mengesampingkan
· menyetop seharusnya menstop
· mensoal seharusnya menyoal
· ilmiawan seharusnya ilmuwan
· sejarawan seharusnya ahli sejarah
7) Pengaruh bahasa asing
· Rumah di mana ia tinggal … (the house where he lives …) (seharusnya tempat)
· Sebab-sebab daripada perselisihan … (cause of the quarrel) (kata daripada dihilangkan)
· Saya telah katakan … (I have told) (Ingat: pasif persona) (seharusnya telah saya katakan)
8) Pengaruh bahasa daerah
· … sudah pada hadir. (Jawa: wis padha teka) (seharusnya sudah hadir)
· .. oleh saya. (Sunda: ku abdi) (seharusnya diganti dengan kalimat pasif persona)
· Jangan-jangan … (Jawa: ojo-ojo) (seharusnya mungkin)
b. Kalimat utama
Paragraf merupakan gabungan kalimat yang dikendalikan oleh kalimat topik atau kalimat utama. Kalimat utama sebaiknya sudah merupakan pernyataan khusus, supaya pengembangan paragraf mudah dikerjakan.
Kalimat utama dalam paragraf biasanya merupakan kalimat topik, sedangkan kalimat-kalimat yang lain menjelaskan kalimat utama atau disebut kalimat penjelas. Kalimat utama bersifat umum.
Kalimat utama dalam suatu paragraf biasanya terdapat di awal paragraf (deduktif), di akhir (induktif), atau di awal dan di akhir paragraf (deduktif-induktif/campuran). Dalam paragraf berjenis narasi kalimat utama dapat tersebar di seluruh paragraf.
12. Menulis pengumuman
Pengumuman adalah pesan atau informasi yang disampaikan kepada umum/publik. Tujuan pengumuman adalah menyampaikan sesuatu agar diketahui masyarakat (publik). Pengumuman berbeda dengan iklan. Pengumuman hanya menyampaikan pesan atau informasi agar diketahui masyarakat. Selain itu, pengumuman berguna untuk kepentingan umum. Iklan tidak hanya bertujuan memberi tahu sesuatu kepada masyarakat. Akan tetapi, iklan juga berupaya agar orang tertarik, kemudian membeli apa yang disampaikan dalam iklan. Pengumuman terdiri atas dua macam, yaitu pengumuman resmi dan pengumuman tidak resmi.
Pengumuman yang baik mengunakan baghasa yang singkat, padat, mudah dipahami isinya. Bahasa yang singkat berarti bahsa itu ringkas, tidak berbelit-belit. Bahasa pengumuman harus padat, maksudnya ada kepaduan bentuk paragraf, terdapat hubungan erat antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya dalam sebuah paragraf.
Pengumuman harus memuat
a. Kepada siapa pengumuman itu ditujukan atau sasaran pengumuman
b. Isi pengumuman
c. Tempat dan tanggal pengumuman dibuat
d. Pembuat pengumuman
13. Menulis iklan
Iklan adalah pemberitahuan kepada khalayak umum yang bertujuan untuk menawarkan, membujuk, dan memakai produk yang ditawarkan. Produk yang ditawarkan biasanya berupa barang dan jasa. Iklan umumnya disampaikan di media massa berupa televisi, radio, koran, majalah, reklame, dan sebagainya. Iklan memiliki ciri yaitu : mudah dipahami, menarik, membut penasaran, singkat, jelas, padat, dan jujur.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEionsMP0yN3hp69oJSoH773EuqjMQUB4i9KBFFN_FQoYlq1YpxOkU-CPdesQS5ecUIKQBKn_KWExCjKK6m8jNy94D2R3u92DxLx7vI5dHL-XA41kx11xV4fsywHBDq5tK4O8j23n6Te2Py2/s200/Cibiuk-6.jpgContoh kalimat iklan yang sesuai dengan ilustrasi gambar:
Kelezatan ANEKA OLAHAN GURAMEH yang tiada duanya hanya di Rumah Makan Ngangeni, Jalan Kaliurang KM. 2 Yogyakarta.
14. Menulis teks pidato
a. Menyusun kerangka
Sebagaimana karangan biasa, penyusunan naskah pidato hendaknya didahului dengan pembuatan kerangka.
Adapun kerangka umum pidato adalah sebagai berikut:
1) Pendahuluan
Bagian ini antara lain berisi salam dan ucapan syukur. Pada bagian ini disampaikan pula pengantar ke arah isi pokok, misalnya dengan pernyataan “Pada kesempatan ini izinkan saya untuk menyampaikan tentang pentingnya makna peringatan Hari Aids Sedunia”.
2) Isi pokok
Bagian ini berisi uraian atas isi pokok. Uraian hendaknya disusun dengan pola induktif (simpulan diperoleh berdasarkan analisis atas data-data atau bukti).
3) Penutup
Bagian ini berisi penegasan kembali simpulan, harapan atau ajakan untuk melakukan sesuatu, permohonan maaf, dan salam.
b. Menguraikan kerangka menjadi naskah lengkap
Dalam bagian ini, penulis harus cermat dalam memilih data, menggunakan kosa kata, dan menggunakan sapaan serta salam yang tepat. Untuk memisahkan antarbagian, penulis pidato dapat menyisipkan sapaan (misalnya, “Para peserta upacara yang saya hormati, Hadirin yang saya muliakan”). Sapaan ini sangat berguna untuk mengurangi kepenatan pendengar dalam menyimak pidato.
15. Menulis surat
Surat adalah suatu sarana komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan informasi tertulis oleh suatu pihak kepada pihak lain. Informasi yang disampaikan itu dapat berupa pemberitahuan, pernyataan, perintah, permintaan, atau laporan. Hubungan yang terjadi antara pihak-pihak itu disebut surat-menyurat atau korespondensi. Dengan kata lain, surat-menyurat itu merupakan salah satu kegiatan berbahasa yang dilakukan dalam komunikasi tertulis.
Isi Surat
Secara garis besar isi surat terbagi atas tiga bagian, yaitu bagian pertama merupakan paragraf pembuka, bagian kedua merupakan paragraf isi dan bagian ketiga merupakan paragraf penutup.
a. Paragraf pembuka mengantarkan isi surat yang akan diberitahukan. Paragraf pembuka berisikan pemberitahuan, pertanyaan, pernyataan, atau permintaan.
Contoh paragraf pembuka :
· Kami ingin memberitahukan kepada Saudara bahwa ….
· Salah satu kegiatan Proyek Penelitian adalah meneliti sastra lisan Sunda. Sehubungan dengan itu, ….
· Pada tanggal 14—18 Juli 1990 kami akan mengadakan Penataran Kebahasaan I. Tujuan penataran itu adalah sebagai berikut.
· Himpunan Pembina Bahasa Indonesia akan menyelenggarakan Seminar Pengajaran Bahasa Indonesia, pata tanggal 5—6 November 1978, di Wisma Samudra, Jalan Daksinapati Barat IV, Rawamangun, Jakarta.
· Dalam salah sebuah media massa terbitan Jakarta, kami telah membaca bahwa rumput laut telah dibudidayakan. Sehubungan dengan itu, kami ingin mendapatkan informasi tentang perbudidayaan rumput laut itu.
· Di samping itu, paragraf pembuka berisi balasan (jawaban) seperti dalam contoh berikut:
- Pertanyaan Saudara yang tertera pada surat Saudara tanggal 10 Januari 1986, No. 05/Diklat/1/I/ 1986 akan kami jawab sebagai berikut.
- Surat Anda telah kami terima. Sehubungan dengan itu, kami ingin memberitahukan hal berikut.
b. Dalam paragraf isi dikemukakan hal yang perlu disampaikan kepada penerima surat. Namun, isi surat harus singkat, lugas, dan jelas.
c. Paragraf penutup merupakan simpulan dan kunci isi surat. Di samping itu, paragraf penutup dapat mengandung harapan penulis surat atau berisi ucapan terima kasih kepada penerima surat.
Contoh paragraf penutup:
· Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.
· Atas perhatian dan kerja sama Saudara yang baik selama ini, kami ucapkan Sesuai dengan permintaan Saudara dalam surat tanggal 4 Januari 1989, No. 29/H/PU/1989, bersama ini kami kirimkan seberkas surat perjanjian kerja. terima kasih.
· Besar harapan kami, Saudara dapat memanfaatkan sumbangan kami.
· Mudah-mudahan jawaban kami dapat memuaskan Saudara.
16. Mendeskripsikan gambar dengan kalimat yang tepat
Mendeskripsikan gambar atau benda sama dengan menyebutkan ciri-ciri benda atau gambar tersebut.
Kalimat deskripsi:
Aku seekor binatang. Buluku indah berwarna-warni. Aku suka hinggap di atas bunga yang sedang mekar. Anak-anak suka sekali mengejarku dan aku akan terbang tinggi.
17. Menulis ringkasan
Ringkasan adalah cara menyajikan karangan asli dalam bentuk singkat. Walaupun singkat, ringkasan harus tetap mempertahankan urutan isi serta sudut pandang pengarang asli. Ringkasan yang baik berbentuk karangan. Karangan tersebut terdiri atas beberapa kalimat yang utuh. Jadi, ringkasan merupakan rangkaian kalimat yang utuh.
Ringkasan dibiat dengan tujuan mempermudah dalam mengetahui isi sebuah tulisan. Cara membuat ringkasan sebagai berikut.
a. Memahami dengan baik isi bacaan yang diringkas
b. Mencatat gagasan utama
c. Merangkai gagasan utama dengan kalimat sendiri
18. Mengurutkan gambar seri
Gambar seri adalah rangkain gambar yang menceritakan suatu peristiwa. Dalam gambar seri, setiap gambar menceritakan satu peristiwa dari ringkasan suatu cerita.
Urutan gambar supaya menjadi cerita yang padu adalah 4 – 2 – 3 – 1
Urutan cerita sebagai berikut.
(4) Malin Kundang pulang ke kampung halamannya menaiki sebuah kapal yang besar,
(2) Ibu Malin Kundang mengetahui kabar kedatangan anaknya dan menunggu kedatangan anak lelakinya yang telah lama merantau,
(3) Mengetahui ibunya datang dengan pakaian compang-camping, Malin Kundang malu untuk mengakui dia sebagai ibunya, ia pun mengusir sang ibu,
(1) Sang ibu sangat sedih dan kecewa, sehingga ia mengutuk Malin Kundang menjadi batu.